Tujuan
mu`jizat
Orang-orang musyrik mengira bahwa kekuasaan untuk menghasilkan mu`jizat berada di tangan
nabi hingga beliau bisa menghasilkan mu`jizat kapan saja, dan untuk tujuan apa
saja. Itulah sebabnya mengapa mereka meminta diterbitkannya mata air,
dibanngunkannya rumah dari emas, dan ramalan tentang harga pasar di kemudian hari.
Akan tetapi sebuah mu`jizat adalah seperti wahyu
itu sendiri, bergantung pada Allah bukan pada keinginan nabi. Ia adalah suatu
proses pihak lain yang mempengaruhi kehendak nabi dan dikerjakan oleh beliau.
Ia berarti bahwa wahyu terjadi dengan izin Allah sebagaimana halnya sebuah
mu`jizat, dan itulah arti dari Qs. 29/Al-Ankabut ayat 50. Ayat dan mu`jizat ada
di tangan Allah. "Aku hanyalah pemberi peringatan", kata Nabi Saw.
Hal yang sama juga berlaku untuk pengetahuan
mengenai hal yang gaib sebagai mu`jizat. Sejauh menyangkut karakter Nabi,
beliau tidaklah tahu hal yang gaib. "Aku
tidak mengatakan kepadamu bahwa aku adalah seorang malaikat, dan aku juga tidak
mengetahui hal-hat yang gaib" (Qs Al-An`am/6: 50). Tetapi manakala beliau sedang berada di bawah pengaruh yang gaib,
maka beliau bisa berbicara tentang rahasia-rahasia yang tersembunyi; dan
apabila ditanya bagaimana beliau bisa tahu hal itu, maka beliau akan menjawab
"Tuhan Yang Maha Tahu memberi tahu aku."
Ketika Nabi mengatakan, "Aku tidak mengetahui hal-hal yang gaib dan seandainya aku
mengetahuinya, tentu aku telah memperoleh banyak uang." (Qs
Al-A`raf/7:188). Itu adalah karena beliau ingin mengalahkan logika orang-orang
musyrik dengan mengatakan bahwa pengetahuan beliau mengenai hal- hal yang gaib
adalah dalam batas-batas sebuah mu`jizat dan untuk suatu tujuan tertentu
melalui wahyu Tuhan.
Seandainya pengetahuan mengenai hal-hal yang
gaib merupakan persoalan pribadi yang dapat digunakan untuk tujuan apa saja,
dan seandainya pengetahuan tersebut adalah suatu alat untuk memperoleh
kekayaan, maka alih-alih memberitahukan
harga-harga agar mereka
menjadi kaya, tentulah beliau (Nabi) telah mencari kekayaan untuk diri
beliau sendiri, untuk kepentingan da`wah, amar ma`ruf nahi munkar, dan jihad.
Dalam ayat yang lain Al-Quran mengatakan, "Tuhan Maha Mengetahui apa-apa yang
tersembunyi. Dia tidak akan memberi tahu
siapa pun tentang rahasia-rahasia-Nya kecuali kepada seorang rasul yang
diridhai-Nya" (Qs Al-Jinn/72: 26-27).
Secara
pasti, Nabi Muhammad Saw adalah salah seorang rasul yang diridhai-Nya. Di
samping itu, Al-Quran juga menyitir perihal mu`jizat-mu`jizat para nabi dalam
berbagai ayat, seperti mu`jizat Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa
`alaihimussalam.
“Mu`jizat adalah salah satu bukti kenabian dan
selalu menyertai kenabian !”
No comments:
Post a Comment