Menurut Para Uama'
Ahmad Syalabi (Guru Besar Mesir yang pernah menjadi Guru Besar Tamu
di Indonesia) mengemukakan, bahwa pada masa-masa lalu masyarakat belum mencapai
kedewasaan. Oleh karena itu baik syari`ah maupun da`wah disesuaikan dengan
situasi-kondisi demikian. Syalabi
membagi masa kenabian ke dalam tiga periode: kanak-kanak, remaja, dan
dewasa. Ciri tiap periode diuraikan sbb:
Periode kanak-kanak dari kenabian
ditandai oleh hal- hal berikut:
Da`wah masih terbatas di kalangan
kelompok kecil yang di tengah-tengahnya hidup seorang rasul (seperti Nabi
Ibrahim dan Nabi Luth a.s.). Da`wah tidak melampaui kelompok mereka dan tidak
tertuju kepada kelompok lain.
Da`wah terbatas kepada menyerukan tauhid
(Keesaan Allah) dan meninggalkan penyembahan patung-patung, tanpa disertai
peraturan dan perincian tertentu. Tapi penyakit masyarakat yang sudah meluas,
syariat melarangnya dan para nabi berjuang mengikisnya.
Da`wah tidak disertai sebuah Kitab,
melainkan dalam bentuk nasihat-nasihat lisan dan kadang-kadang tertulis dalam Suhuf dan Alwah (lembaran-lembaran).
Tidak terdapat catatan sejarah tentang
turunnya nabi tersebut. Misal, kapan turunnya Nabi Nuh dan Nabi Hud a.s. Apakah
Nabi Hud datang lebih duluan ataukah lebih belakangan daripada Nabi Ibrahim
a.s.?
Periode remaja dari
kenabian ditandai oleh hal-hal berikut:
- Ruang lingkup da`wah lebih luas, mencakup
satu kabilah dengan anak-anak sukunya.
Misalnya Bani Israil (Nabi-nabi Bani Israil: Musa, Harun, Dawud, Sulaiman,
hingga `Isa As).
- Risalah lebih terinci, menyangkut aspek hukum,
seperti pengadilan, perekonomian, dan masalah-masalah keluarga.
- Da`wah disertai Kitab, yaitu Taurat dan
Injil. Berbeda dengan Al-Quran, kedua kitab ini hanya menuliskan makna yang
diwahyukan, karena susunan tulisannya ditulis belakangan oleh manusia. Karena
ditulis belakangan (tidak oleh penerima wahyu), akibatnya banyak terdapat
perubahan dan penghilangan, baik karena sengaja maupun terlupakan.
- Terdapat catatan sejarah tentang kapan
turunnya risalah ataupun Nabi pembawa risalah dan penda`wahnya, sekalipun tidak
sepenuhnya tepat benar.
- Orang-orang Bani Israil pada tahap ini dalam masa yang sangat panjang tidak mampu memahami ajaran tauhid secara jelas. Sebagian mereka memandang bahwa untuk setiap kabilah terdapat satu tuhan. Mereka melarang anak-cucunya menyembah tuhan yang bukan tuhan mereka.
Adapun periode dewasa dari kenabian ditandai oleh
hal-hal berikut:
- Pengertian mengenai tauhid (Keesaan
Allah) sangat jelas, patung-patung pun
dihancurkan. Islam membuka zaman baru yang tidak menerima syirik dalam bentuk
apa pun. Gambaran Allah tidak memungkinkan adanya tambahan apa pun, sehingga
yang lainnya dapat menyekutukan dan menyerupai
Allah.
- Manusia sudah dapat menjaga dan
melestarikan Kitab Sucinya. Tidak ada satu ayat, bahkan satu huruf pun dari Al-Quran
yang terlupakan, atau sengaja dilupakan, atau dihilangkan; Sejarah telah
membuktikan keotentikan Al- Quran. Oleh karena itu, Kitab Suci yang terakhir
ini benar-benar menjadi pedoman hidup manusia.
- Da`wah tidak terbatas terhadap kelompok
tertentu, tetapi kepada seluruh umat hingga akhir zaman.
- Kehidupan Nabi Muhammad Saw serba jelas
dan terang benderang; zaman dan waktunya sangat definisif.
Peristiwa-peristiwanya terbukti terjadi. Perkembangan- nya lurus dan mantap.
- Ajaran risalahnya bersifat menyeluruh, mencakup soal- soal keakhiratan sekaligus keduniaan. Ajarannya secara jelas menggambarkan bahwa Allah Maha Tinggi, surga dan neraka jelas ada, dan menunjukkan bentuk-bentuk kebajikan dan keburukan. Ajarannya juga membicarakan keduniaan; menantang pikiran manusia dengan tata kehidupan yang menakjubkan, membicarakan masalah politik, ekonomi, wasiat, hibah, perang dan damai, dan berbagai aspek kehidupan lainnya.
Kita
perlu mengkritisi juga pandangan Syalabi, terutama menyangkut ajaran tauhid
yang dibawakan oleh setiap Nabi. Para Nabi sejak Adam AS hingga Nabi Muhammad
SAW membawakan ajaran tauhid secara jelas. Memang benar bahwa pemahaman tentang
tauhid tidak segamblang pemahaman yang dipaparkan oleh Nabi terakhir. Tapi hal
ini terutama berhubungan dengan perkembangan intelektualitas manusia. Pada
zaman Nabi terakhir intelektualitas
manusia telah mencapai
tahap tinggi dan sempurna.
Agak sulit juga menerima pandangan Syalabi yang menyebutkan umat
terdahulu kurang memahami tauhid. Ajaran pokok tauhid dari dulu hingga sekarang
sama saja, terutama ajaran bahwa Allah Maha Esa.
Kita
pun tidak bisa menerima bahwa hanya Nabi terakhir yang memberantas syirik
dengan memusnahkan patung-patung, karena Nabi Ibrahim AS pun memusnahkan
patung-patung.
No comments:
Post a Comment