السلام عليكم
ورحمة الله وبركاته
Bulan ini adalah bulan Muharram,
bulan pertama pada tahun Hijriyah, bulan yang pada 14 abad yang lalu Nabi Besar
Muhammad s.a.w beserta para pengikutnya berhijrah dari Makkah menuju Madinah.
Pada awalnya ketika pembuatan hisab
Tahun Islam banyak para sahabat mengusulkan agar permulaan tahun dimulai dari
kelahiran Nabi Muhammad s.a.w, yaitu tanggal 12 rabi’ul awal, dan beberapa
sahabat yang lain ingin awal tahun dimulai pada awal Nabi Muhammad s.a.w
mendapat wahyu pertama, yaitu tanggal 17 Ramadhan. Tetapi sahabat Umar bin
Khattab r.a berpendapat bahwa ketika Muhammad baru lahir yakni Ahmad bin
Abdullah, beliau belum bisa apa-apa, dan ketika Ahmad bin Abdullah baru
diangkat jadi Nabi beliau baru dapat 5 ayat, belum ada perubahan kultur dan akhlak
perbuatan pada masyarakat Arab. Karena sebab itulah sahabat Umar bin Khattab
r.a mengusulkan agar awal tahun dimulai ketika Nabi Muhammad s.a.w hijrah,
karena pada saat hijrah itulah telah nyata perubahan-perubahan dan
perbaikan-perbaikan di kalangan masyarakat Arab khususnya para sahabat yang
turut berhijrah. Para sahabat semua setuju, maka ditetapkanlah Tahun Islam
diawali dengan hijrah Nabi sehingga kemudian dinamakan dengan tahun Hijriyah
atau tahun perubahan.
1
Sahabat Umar bin Khattab r.a memang
sangat bijaksana, dia tidak mengartikan hijrah hanya sekedar pindah tempat.
Umar bin Khattab adalah orang Arab, dia tahu apa arti hijrah sebenarnya, hijrah
adalah berubah, hijrah adalah berubah dari satu kondisi ke kondisi yang lain,
dan hijrah di jalan Allah adalah berubah dari kondisi buruk menuju yang lebih
baik, berubah dari kebiasaan berbuat buruk menuju kebiasaan berbuat baik.
Allah berfirman di dalam Q.S
An-Nisa’(4):89,
وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاء
ً فَلاَ تَتَّخِذُوا
مِنْهُمْ أَوْلِيَاءَ
حَتَّى يُهَاجِرُوا فِي
سَبِيلِ اللَّهِ
”Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir
sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).
Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah”.
Maksudnya yaitu hingga mereka
berubah tidak kufur lagi terhadap ayat-ayat Allah.
Ketika kita sudah tahu bahwa Hijrah
adalah berubah, bagaimana sepatutnya kita memperingati tahun baru hijriyah ini?
Apakah kita harus berpindah tempat? Tidak... tidak demikian yang dikehendaki
Allah. Hijrah pindah tempat hanya pada kondisi ketika kita tertindas di kampung
halaman, Q.S An-Nisa’(4):97,
”Sesungguhnya
orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri,
(kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini
?". Mereka menjawab: "Adalah
kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)".Para malaikat
berkata: "Bukankah bumi Allah itu
luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu
tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali”.
Hijrah kita sekarang adalah berubah
perbuatan, berubah memperbaiki diri, Q.S Ar-Ra’d(13):11,
إِنَّ اللَّهَ
لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ
”Sesungguhnya
Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri”.
Hijrah kita adalah taubat, yaitu tidak mengulangi
perbuatan buruk kita dan melakukan perbaikan (ishlah), Q.S Al-Baqarah(2):160
إِلاَّ الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُوْلَائِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
”Kecuali
mereka yang telah tobat dan mengadakan
perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku
menerima tobatnya dan Akulah Yang Maha Menerima Tobat lagi Maha Penyayang”.
Hijrah adalah berubah, lalu hijrah
yang bagaimana yang diridhai Allah di dalam Al-Qur’an?
Hijrah diwajibkan Allah setelah
Iman, selama ini iman dianggap sudah segala-galanya, tetapi tidak demikian
menurut Allah, Iman harus diikuti dengan hijrah dan jihad. Iman artinya yakin,
Hijrah artinya berubah, dan jihad artinya bersungguh-sungguh. Jadi bukti iman
(yakin) adalah dengan berubah dengan bersungguh-sungguh, tidak hanya sekedar
yakin saja, tidak hanya berubah saja, tetapi berubahnya juga harus
sungguh-sungguh, harus serius, demikian yang diterangkan Allah di dalam Q.S Al-Anfal(8):74,
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
وَالَّذِينَ آوَوا وَنَصَرُوا أُوْلَائِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقّا ً لَهُمْ مَغْفِرَة ٌ وَرِزْق ٌ كَرِيم
"Dan
orang-orang yang beriman dan berhijrah
serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat
kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar
beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia”.
Jadi
Iman yang benar menurut Allah adalah dengan hijrah dan jihad yaitu berubah
dengan sungguh-sungguh.
Lalu
bagaimana wujud berubah dengan sungguh-sungguh yang diridhoi Allah?
Hijrah
yang sungguh-sungguh yang diridhoi Allah adalah dengan harta dan jiwa, Q.S
At-Taubah(9):20,
الَّذِينَ
آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ
أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ
اللَّهِ وَأُوْلَائِكَ
هُمُ الْفَائِزُونَ
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka,
adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang
mendapat kemenangan”.
Jadi
setelah iman, kita wajib hijrah berubah dengan harta dan jiwa. Hijrah yang
utama adalah dengan harta, yaitu menafkahkan sebagian dari rizki yang telah
diberikan Allah kepada orang-orang miskin yang membutuhkan, Q.S Al-Hasyr(59):9,
“Dan orang-orang yang telah menempati tempat
tinggalnya (Madinah) dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka
(Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka
tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun
mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah
orang-orang yang beruntung”.
Hijrah
melakukan perubahan dengan harta dan jiwa adalah perniagaan yang tidak akan
pernah merugi. Q.S As-Saff(61):10-11,
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu
Aku tunjukkan suatu perniagaan yang
dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik
bagi kamu jika kamu mengetahuinya”.
Perlu diketahui bahwa berhijrah dengan harta sangat dibenci setan, maka pertama yang
dikejar oleh setan adalah manusia yang mau bersedekah, demikian dikabarkan oleh
Allah dalam Q.S Al-Baqarah(2):268,
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ
وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَة ً مِنْهُ وَفَضْلا ً وَاللَّهُ
وَاسِعٌ عَلِيم ٌ
“Setan
menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat
kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan
karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.
Target
utama setan adalah orang-orang yang mau hijrah, yaitu orang-orang yang mau
bersedekah, dengan menakut-nakuti mereka dengan kemiskinan dan menyuruh berbuat
kejahatan yaitu kikir. Maka sangat tidak mengherankan lagi bahwa perbuatan yang
paling berat adalah bersedekah… harus kita akui dengan jujur bahwa perbuatan
paling berat adalah membagi sebagian harta kita kepada orang lain... itulah makanya
Allah menyuruh kita berhijrah dan berjihad melawan kekikiran tersebut. Berjihad
dan berhijrah melawan setan.
Harus kita akui dengan jujur bahwa kalau hanya
sekedar sholat lima waktu, masih terasa ringan mengerjakannya, karena tidak ada
pengorbanan yang berarti dari diri kita, tidak ada sesuatu yang hilang dari
diri kita. Harus kita akui juga dengan jujur kalau hanya sekedar puasa menahan
lapar dan haus di siang hari, masih ringan bagi kita, tidak ubahnya hanya
sekedar memindah makan, karena malamnya kita bisa puas-puasan makan. Dan
sungguh harus diakui dengan jujur bahwa yang terberat adalah sedekah, karena
ada sesuatu yang hilang dari diri kita… itulah hijrah… itulah jihad, dan itulah
yang diridhoi Allah.
Harus kita akui dengan jujur bahwa kalau hanya
sekedar sholat lima waktu masih belum berat mengerjakannya, maka banyak orang
nambah dengan sholat sunnah yang bermacam-macam. Harus kita akui dengan jujur
bahwa kalau hanya sekedar puasa, masih belum berat mengerjakannya, maka banyak
orang menambah lagi dengan puasa sunnah yang bermacam-macam. Dan juga harus
kita akui dengan jujur bahwa bersedekah sangatlah berat, maka jangankan
mengerjakan sunnahnya… yang wajib saja hanya sedikit yang mau mengerjakannya.
Sedekah
adalah wajib, maka Allah memerintahkannya dengan paksa, demikian yang termaktub
dalam Q.S At-Taubah(9):103,
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَة ً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا
”Ambillah sedekah dari sebagian harta
mereka, dengan sedekah itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka
(menzakahkan mereka)”.
Sedekah adalah wajib, karena yang tidak bersedekah dijamin
masuk neraka, Q.S Al-Haqqah(69):30-35,
”(Allah
berfirman): "Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya,
Kemudian masukkanlah dia ke dalam api
neraka yang menyala-nyala, Kemudian belitlah dia dengan rantai yang
panjangnya tujuh puluh hasta, Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada
Allah Yang Maha Besar, Dan juga dia
tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin”.
Sedekah adalah wajib, karena yang tidak bersedekah
dianggap pendusta agama dan shalatnya adalah celaka, Q.S Al-Ma’un(107):1-7
”Tahukah
kamu (orang) yang mendustakan agama?
Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin, Maka kecelakaanlah bagi
orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya,
orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna”.
Pelit adalah pendusta agama, tidak mau menolong dengan
barang (harta) yang berguna adalah pendusta agama, walaupun dia hobby sholat.
Karena sholat adalah ajang atau sarana kita mengingat Allah agar kita tidak
pelit, maka sholat yang benar di mata Allah adalah sholat yang diikuti dengan
memberi makan fakir miskin, demikian yang diterangkan Allah di dalam Q.S
Al-Ma’arij(70):19-23,
”Sesungguhnya
manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila
ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan salat,
yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya, (yaitu) orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi
orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak
mau meminta)”.
Jadi sholat yang benar di mata Allah adalah sholat yang
tidak kikir, selalu bersedekah. Itulah makanya setiap ada perintah ”Aqiimu ash-sholat” selalu diikuti ”wa aatu az-zakat”, tegakkan sholat dan
tunaikan zakat. Tetapi bukan zakat setiap setahun sekali itu. Zakat artinya
suci...dan orang akan suci apabila dia bersedekah. Zakat setahun sekali adalah
kebijaksanaan Umar bin Khattab karena sangat pelitnya orang-orang Arab di zaman
itu. Ketika Nabi Muhammad s.a.w wafat banyak kaum mukmin hanya mau mengerjakan
sholat, tidak mau mengeluarkan zakat, maka oleh Abu Bakar, mereka yang
mengingkari zakat diperangi dan dibunuh. Ketika Abu Bakar wafat, digantikan
oleh Umar bin Khattab, mereka yang tidak mau mengeluarkan zakat tidak diperangi
dan tidak dibunuh akan tetapi dipaksa mengeluarkan sedekahnya setahun sekali
yaitu di dalam bulan Ramadhan, yang kemudian dikenal dengan istilah zakat
fitrah. Tetapi harus kita ingat bahwa zakat setahun sekali adalah bagi mereka
yang sudah sangat terlampau pelit sekali. Karena sedekah adalah kewajiban siang
dan malam, Q.S Al-Baqarah(2):274,
الَّذِينَ
يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ
وَالنَّهَارِ سِرّا ً وَعَلاَنِيَة ً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ
هُمْ يَحْزَنُونَ
”Orang-orang
yang menafkahkan hartanya di malam dan
di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat
pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati”.
Itulah Hijrah... itulah jihad, yaitu berubah memperbaiki
diri dengan sungguh-sungguh. Bukti bahwa cara berubah adalah dengan bersedekah
kepada fakir miskin sangat banyak di dalam Al-Qur’an, diantaranya:
Barang siapa
ingin berubah dari kesempitan menuju kelapangan maka hendaklah bersedekah, Q.S At-Talaq(65):7,
”Hendaklah orang yang
mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya
hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak
memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan
kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan”.
Barang siapa ingin
berubah dari miskin menjadi kaya maka hendaklah bersedekah, Q.S Al-Hadid(57):18,
”Sesungguhnya
orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan
kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya
akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala
yang banyak”.
Barang siapa ingin
berubah dari lumuran dosa menjadi bersih diampuni dosa-dosanya hendaklah
bersedekah, Q.S Al-Baqarah(2):271,
”Jika kamu menampakkan
sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan
kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik
bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari
kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan”.
Barang siapa ingin
berubah dari keadaan jauh dari Allah menjadi dekat pada Allah, maka hendaklah
dia bersedekah, Q.S At-Taubah(9):9,
”Dan di antara
orang-orang Arab Badui itu, ada orang yang beriman kepada Allah dan hari
kemudian, dan memandang apa yang
dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan mendekatkannya kepada Allah dan
sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk
mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukkan mereka ke
dalam rahmat (surga) Nya; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.
Dan barang siapa ingin
merubah sakaratul mautnya dalam keadaan selamat hingga ke akhirat, maka
hendaklah bersedekah, Q.S
Al-Munafiqun(63):10,
”Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah
Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di
antara kamu; lalu ia berkata: "Ya
Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang
dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang
yang saleh?"
No comments:
Post a Comment